Hubungan
Konsumsi Jajan Sembarangan dengan Diare
di SD 011
Jln.A.yani
Samarinda
LATAR BELAKANG
Diare
merupakan penyakita menular masih menjadi penyebab kematian balita (bayi
dibawah 5 tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1
balita meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit
sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya.
Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan
di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab
kematian ke 2 terbesar pada balita.
Sebuah penelitian di Jakarta baru-baru ini menemukan
bahwa keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi
masih dipertanyakan. Pada penelitian yang dilakukan di Bogor telah ditemukan
Salmonella Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima.
Penelitian lain yang dilakukan suatu lembaga studi
di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering
dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie
bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab, pada
otak-otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan
formalin, dan es sirop merah positif mengandung rhodamin B. Selain cemaran
mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki
lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax
(pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan
untuk mayat), rhodamin B ( pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow
(pewarna kuning pada tekstil). Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh
manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit
seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia.
METODE PENELTIAN
Penulisan jurnal ini berdasarkan atas fakta – fakta
yang diperoleh dengan penggunaan metode kuantitatif dalam bentuk kuesioner yang
berisi pertanyaan makanan yang dikonsumsi dan pengetahuan mengenai diare pada
15 orang tua yang anaknya masih balita. Selain itu juga dilakukan wawancara
secara mendalam setelah kuesionoer dibagikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai
perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI
tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air
besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa
air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung
dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada
kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari
dengan konsistensi feses padat atau keras.
Jenis-jenis diare:
1.Akut
2.Bermasalah
3.Peristen
3.Peristen
Penyebab Diare :
1.
Infeksi yang disebabkan bakteri,
virus atau parasit.
2.
Adanya gangguan penyerapan makanan
atau disebut malabsorbsi.
3.
Alergi.
4.
Keracunan bahan kimia atau racun
yang terkandung dalam makanan.
5.
Imunodefisiensi yaitu kekebalan
tubuh yang menurun.
6.
Penyebab lain
Tanda dan Gejala Diare
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali
atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
1.
Muntah
2.
Badan lesu atau lemah
3.
Panas
4.
Tidak nafsu makan
5.
Darah dan lendir dalam kotoran
Pencegahan Diare
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat.
1.
Usahakan untuk selalu mencuci tangan
sebelum menyentuh makanan.
2.
Usahakan pula menjaga kebersihan
alat-alat makan.
3.
Sebaiknya air yang diminum memenuhi
kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar
mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4.
Setiap kali habis pergi usahakan
selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
5.
Biasakan anak untuk makan di rumah
dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat
ke sekolah
6.
Buatlah sarana sanitasi dasar yang
sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang
memadai.
7. Pembuatan jamban harus sesuai
persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban
tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
QUISIONER
1. Apakah
rumah anda dekat dengan penjual jajanan keliling ?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah
anda mengawasi jajanan anak anda di sekolah ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah
anda mengetahui mengenai diare?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah
anak anda mencuci tangan sebelum makan?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah
anak anda pernah mencret?
a. Ya b. Tidak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar